(Tidak) Semua Orang Bisa Jadi Jurnalis
Bandung (19/12).
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung mengadakan seminar dengan tema "Sosialisasi Kompetensi Profesi Wartawan", di Kampus Fikom Unpad Bandung, Jalan Dago Pojok 23, Rabu (19/12).
Praktisi yang hadir sebagai pembicara adalah Drs. Amin Saragih MS sebagai Staf Depkominfo, Widodo Asmowiyoto sebagai Pemimpin Redaksi II Harian Pikiran Rakyat, dan Sahat Sahala Tua Saragih selaku dosen Fikom Unpad Jatinagor Jurusan Ilmu Jurnalistik.
Kegiatan yang dimulai sekitar pukul 8 pagi itu dibuka oleh Drs. Hadi Suprapto Arifin, M.Si yang menjabat sebagai Ketua Program Fikom Unpad Bandung.
Diskusi yang menyenangkan! Membahas banyak hal tentang dunia kewartawanan. Dari mulai regulasi hingga fenomena wartawan kloning, jumpa tape, dan citizen journalism.
Untuk jadi wartawan yang kompeten itu ternyata nggak hanya bermodal kamera dan pernak-pernik lainnya. Pikirkan juga skill...
Karena orang-orang di luar sana begitu percaya sama media massa baik cetak, elektronik, atau on-line, kenyataannya nggak semua media massa bisa dipercaya karena orang-orang yang ada di balik media massa itu nggak layak untuk dipercaya.
Kenapa?
Alasannya adalah sekarang ini lagi musim wartawan kloning dan kegiatan "jumpa tape". Hasilnya : Keseragaman atas berita yang muncul di media massa. Dari mulai isi sampai sudut pengambilan gambar untuk berita televisi. Wartawannya nggak kompeten.
Hal tersebut adalah hasil dari solidaritas yang salah. Nggak menghargai hak inteleltual seseorang pada saat dengan mudahnya, hasil wawancara yang terekam di tape recorder, direkam ulang oleh wartawan-wartawan lainnya yang nggak berusaha keras untuk mendapatkan berita.
Sekarang ini, Indonesia butuh perubahan dalam dunia jurnalistik. Meskipun dunia ini penuh resiko dan tantangan, tapi ada peluang besar yang bisa diraih oleh orang-orang yang konsisten bertahan di dalamnya.
Satu hal yang paling penting adalah melakukan usaha untuk merubah paradigma "semua orang bisa jadi wartawan". Karena kenyataannya, perlu keahlian dan pengetahuan khusus untuk menjadi wartawan yang kompeten dan mampu bertahan di tengah persaingan yang keras.
Sayang euy, peserta seminar ini dibatasi. Hanya 20 orang. Aja. Beruntunglah kalian yang menjadi peserta.... Hehehe! Beneran deh ;) ***
*Jur...Naaaaa...Listik...!!!!!*
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung mengadakan seminar dengan tema "Sosialisasi Kompetensi Profesi Wartawan", di Kampus Fikom Unpad Bandung, Jalan Dago Pojok 23, Rabu (19/12).
Praktisi yang hadir sebagai pembicara adalah Drs. Amin Saragih MS sebagai Staf Depkominfo, Widodo Asmowiyoto sebagai Pemimpin Redaksi II Harian Pikiran Rakyat, dan Sahat Sahala Tua Saragih selaku dosen Fikom Unpad Jatinagor Jurusan Ilmu Jurnalistik.
Kegiatan yang dimulai sekitar pukul 8 pagi itu dibuka oleh Drs. Hadi Suprapto Arifin, M.Si yang menjabat sebagai Ketua Program Fikom Unpad Bandung.
Diskusi yang menyenangkan! Membahas banyak hal tentang dunia kewartawanan. Dari mulai regulasi hingga fenomena wartawan kloning, jumpa tape, dan citizen journalism.
Untuk jadi wartawan yang kompeten itu ternyata nggak hanya bermodal kamera dan pernak-pernik lainnya. Pikirkan juga skill...
Karena orang-orang di luar sana begitu percaya sama media massa baik cetak, elektronik, atau on-line, kenyataannya nggak semua media massa bisa dipercaya karena orang-orang yang ada di balik media massa itu nggak layak untuk dipercaya.
Kenapa?
Alasannya adalah sekarang ini lagi musim wartawan kloning dan kegiatan "jumpa tape". Hasilnya : Keseragaman atas berita yang muncul di media massa. Dari mulai isi sampai sudut pengambilan gambar untuk berita televisi. Wartawannya nggak kompeten.
Hal tersebut adalah hasil dari solidaritas yang salah. Nggak menghargai hak inteleltual seseorang pada saat dengan mudahnya, hasil wawancara yang terekam di tape recorder, direkam ulang oleh wartawan-wartawan lainnya yang nggak berusaha keras untuk mendapatkan berita.
Sekarang ini, Indonesia butuh perubahan dalam dunia jurnalistik. Meskipun dunia ini penuh resiko dan tantangan, tapi ada peluang besar yang bisa diraih oleh orang-orang yang konsisten bertahan di dalamnya.
Satu hal yang paling penting adalah melakukan usaha untuk merubah paradigma "semua orang bisa jadi wartawan". Karena kenyataannya, perlu keahlian dan pengetahuan khusus untuk menjadi wartawan yang kompeten dan mampu bertahan di tengah persaingan yang keras.
Sayang euy, peserta seminar ini dibatasi. Hanya 20 orang. Aja. Beruntunglah kalian yang menjadi peserta.... Hehehe! Beneran deh ;) ***
*Jur...Naaaaa...Listik...!!!!!*